Home Top Ad

Responsive Ads Here

Pentingnya Menjaring Pemilih Pemula

Share:
Image result for Caleg dan Politik Tanpa Uang?

daftar caleg kota bekasi - Berdasar pada data Komisi Penentuan Umum (KPU), sekurang-kurangnya ada 18 juta pemilih pemula yang akan ikut menyukseskan Pemilu 2014. Biasanya, umur pemilih pemula pada Pemilu 2014 ada dalam rata-rata 17 - 22 tahun. Tentu saja ini jumlahnya yang besar. Bila kelompok pemilih pemula ini dapat memakai hak politiknya dengan baik, pasti begitu menguntungkan buat perubahan demokrasi Indonesia. Pemilih pemula yang mempunyai ketertarikan tinggi memakai hak pilihnya akan mendatangi tempat pengambilan suara (TPS). Akan tetapi, umumnya pemilih pemula yang berperan serta dalam pemilu sedikit berperan untuk perkembangan demokrasi yang lebih baik. Banyak pemilih pemula pilih berdasar pada popularitas atau kekerabatan dengan beberapa calon anggota legislatif (calon legislatif).

Cuma dikit salah satunya yang memang pilih dengan kecerdasan politik, memprioritaskan pertimbangan memajukan demokrasi. Kedewasaan politik ini belumlah tumbuh serta terjaga dengan baik serta masak. Anggota KPU Ferry Kurnia Rizkiansyah, di Jakarta akhir minggu lantas, menjelaskan pemilih pemula perlu jadi tujuan spesial sosialisasi pemilu. Faktanya, yang ditujukan pemilih pemula ialah mereka yang tidak pernah ikuti pemilu. “Pemilih pemula relatif tidak pernah turut pemilu hingga pengalamannya masalah kepemiluan minim. Mereka butuh wacana yang relatif fresh, pemilu seperti apakah, bagaimana dia pilih, siapa yang perlu diambil, serta apakah feedbacknya untuk dia,” kata Ferry Kurnia.

Pemilih pemula memiliki ciri-ciri yang berlainan dari pemilih yang lain. Mereka condong gawat, mandiri, berdiri sendiri, pro pergantian. Diluar itu, sebab mereka belumlah miliki pengalaman dalam Pemilu, jadi mereka condong tidak perduli pada kegiatan-kegiatan tingkatan Pemilu, serta tragisnya termasuk juga kehadiran beberapa Calon legislatif itu. Beberapa mahasiswa tidak tahu siapa yang akan mereka pilih kelak sebab mereka tidak kenal apakah serta bagaimana tingkatan Pemilu itu. Oleh karenanya butuh keseriusan semua pihak untuk menghadapi kondisi ini sebab satu nada memastikan siapa yang akan duduk di instansi yang terhormat itu ditambah lagi ini dalam jumlahnya yang besar. Tentu saja PR yang perlu cepat dituntaskan oleh beberapa Calon legislatif ialah berteman dengan beberapa pemilih pemula terpenting beberapa mahasiswa yang siap untuk ditangguk suaranya untuk memenangi pemilu 2014 kelak.

Anehnya, beberapa orang beranggapan jika pemilu cuma ditujukan buat orang yang melek politik serta orang dengan kedewasaan pemikiran. Karenanya, tidaklah heran jika beberapa orang di luar ke-2 hal itu cuma jadi penggembira serta pemanis belaka. Walau sebenarnya, sebenarnya, jumlahnya pemilih yang dikelompokkan kurang melek politik serta dengan kedewasaan dengan umur banyaknya tiga per empat dari keseluruhan 186 juta lebih Rincian Pemilih Masih (DPT). Dari jumlahnya itu, bahkan juga 53 juta yang lain ialah pemilih pemula yang dalam 3x pelaksanaan pemilu di masa domokrasi cuma diposisikan menjadi objek untuk mendulang nada. Parpol masih tetap malas mengerjakan pemilih pemula menjadi basis strategis untuk mendulang nada.

Mereka memandang beberapa pemilih pemula condong gampang dimobilisasi dengan beberapa pendekatan. Pendekatan lewat orangtua atau profil yang dihormati oleh beberapa pemilih pemula dalam tiga pemilu awal mulanya dipandang cukuplah sukses menggiring pemilih pemula. Keengganan parpol mengerjakan pemilih pemula ikut dikarenakan meluasnya segmentasi dari pemilih pemula di penduduk. Banyak pemilih pemula mempunyai basis komune yang menyebar serta mempunyai karakter yang tidak bisa semuanya diatasi atau di akomodasi oleh parpol.

Berbaur Lewat Diskusi

Taktik simpel menjaring pemilih pemula ialah membaurlah dengan mereka dalam diskusi-diskusi yang mereka kerjakan baik itu diskusi ilmiah atau diskusi yang lain dengan hanya terbatas. Satu perihal yang butuh dilihat ialah mereka akan kenal Calon legislatif yang sempat bersentuhan dengan mereka, serta ini akan berguna saat dibilik nada kelak saat mereka sempat lihat muka Calon legislatif itu di diskusi ilmiah mereka. Pemilih pemula adalah satu segmen yang besar yang sayang untuk dilupakan. Butuh pendekatan spesial pada mereka sebab mereka tidak pernah mengalirkan asipirasi mereka dalam Pemilu awal mulanya. Pengetahuan politik mereka ikut masih tetap minim hingga peluang emas masih tetap terbuka untuk menjaring nada pemilih pemula. Calon legislatif yang berkualitas tentu saja akan manfaatkan nada pemilih pemula menjadi kendaraan menghantarkan mereka ke instansi legislatif itu.  Beberapa cara yang simpel serta efisien butuh dikerjakan untuk melempar jala pada pemilih pemula itu.

Selain itu, semangat untuk mencari suatu yang baru ditenggarai oleh parpol menjadi sisi dari ketidakkonsistenan pemilih pemula berkaitan dengan pilihan-pilihan yang di tawarkan parpol. Keadaan itu, dalam derajat politik spesifik, begitu mengganggu proses demokrasi yang tengah berjalan. Walau sebenarnya, pemilih pemula itu ialah sisi dari kekuatan lumbung nada yang strategis. Parpol semestinya mempunyai tanggung jawab besar tidak untuk sebatas jadikan pemilih pemula menjadi lumbung nada, tetapi ikut memosisikan pemilih pemula menjadi tujuan untuk lakukan pendidikan politik. Mengintegrasikan pemilih pemula dengan dinamika politik serta pelaksanaan kepemiluan ialah sisi dari pendidikan politik berjalan. Evaluasi politik yang mengikutkan pemilih pemula dengan beberapa persoalan berkebangsaan diinginkan bisa bangun kesadaran berkebangsaan mereka.

Pemilu diinginkan jadi jembatan emas untuk ke arah pergantian politik yang konstruktif. Hasil pemilu jadi titik awal penilaian apa kualitas demokrasi yang akan berjalan lima tahun ke depan lebih baik dari kualitas demokrasi lima tahun awal mulanya. Sebab peranan serta fungsinya yang demikian strategis, kesuksesan penyelenggaraan pemilu jadi mutlak terdapatnya. Siapa yang bertanggungjawab atas kesuksesan pemilu? Dengan etis, pasti kita semua, termasuk juga parpol serta instansi penyelenggara pemilu, seperti Komisi Penentuan Umum serta Tubuh Pengawas Pemilu. Profesionalisme serta jujur dan berkarakter kuat beberapa orang yang yang ikut serta dalam pemilu begitu diperlukan. Penyelenggaraan pemilu yang berkualitas adalah satu keniscayaan. Keinginan rakyat akan perbaikan negeri ini akan terwujud pada saat Pemilu 2014 bisa membuahkan wakil-wakil rakyat serta pemimpin negara yang memiliki kompetensi, kemampuan, serta akuntabilitas, dapat menyejahterakan rakyat, dan aspiratif pada kepentingan-kepentingan negara dan bangsa.

Oleh karenanya, semua komponen bangsa mesti pastikan Pemilu 2014 yang akan datang bisa sampai hasil yang maksimal menjadi sisi dari usaha koalisi demokrasi yang makin kuat. Semuanya mesti di dukung oleh KPU serta Bawaslu yang memiliki integritas, kapabel, serta akuntabel, dan berdiri sendiri. Pemilu yang berkualitas ikut diikuti dengan meningkatnya partisipasi publik, termasuk juga dalam tahapan-tahapannya. Pemilu 2014 mesti bisa menghapuskan apatisme rakyat pada proses serta hasil pemilu. Momen Pemilu 2014 ini memerlukan satu pemaksimalan keterlibatan penduduk. Tanpa pemaksimalan pelibatan penduduk, pemilu cuma bisa menjadi instrumen resmi serta tanda penilaian demokrasi semata-mata tanpa intisari.

Tidak ada komentar